Euh Adalah Protes Kepada Takdir,- Kekuatan paling penting bagi seseorang adalah kekuatan mental. Karena kecerdasan pikiran dan kehebatan manajerial akan jatuh terlentang tanpa disertai kekuatan mental. Yakni kekuatan mengendalikan perasaan kita agar tetap positif feeling.
Dalam kondisi terburuk seperti apapun, kita harus tetap berpositif feeling. Karena dengan berpositif feelinglah, segala kerumitan dan keruwetan dalam hati akan hilang sirna. Tak akan terasa lagi yang dinamakan kesempitan dalam hati, atau rasa sesak yang membelenggu diri. Karena cahaya dari rasa positif itu, dapat menjadi penerang bagi hati yang terasa sumpek.
Bagaimana caranya menghadirkan positif feeling ?
Tentunya ini merupakan pertanyaan mudah, namun sulit dilakukan. Hal pertama yang perlu kita lakukan adalah sebuah kesadaran diri. Kesadaran bahwasanya kehendak Tuhan lebih indah dari apa yang kita duga.
Seorang pelaut contohnya, jika ia dilahirkan dengan kondisi ombak yang menenangkan, ia hanya akan menjadi pelaut biasa. Akan tetapi ketika ia mengarungi samudra, maka ia akan menjadi seorang pelaut ulung. Karena ia telah menghadapi ganasnya ombak dan seramnya lautan. Dan dunia pun dapat mengenalkan karena kegigihannya yang telah menaklukan samudra dan berbagai ombak. Sebagaimana Colombus, sang pelaut yang menemukan benua Amerika.
Begitu juga dengan kehidupan ini. Kehidupan ini layaknya lautan, terjangan ombak layaknya masalah yang mengisinya. Jika kita mengarungi kehidupan dengan menginginkan ombak yang menenangkan, seperti menginginkan kehidupan yang tenang, damai, dan tanpa ada masalah. Maka kita hanya akan menjadi pribadi yang tertinggal, pribadi yang cengeng dan lemah.
Namun jika kita dihadapkan dengan terjangan ombak masalah yang dahsyat, dan diri kita mampu melewatinya dengan kekuatan tekad, positif thinking, dan positif feeling. Maka semua itu tidak ada apa-apanya. Kekuatan tekad akan menjadikan mental kita kuat, positif thinking akan menjadikan pikiran kita tenang, dan positif feeling akan menjadikan hati kita damai.
Untuk mendapatkan ketenangan pikiran dan kedamaian jiwa, terkadang ada sesuatu yang luput dari pengawasan kita. Sesuatu yang sering kali refleks kita ucapkan. “euh.. duh.. yaaaaahh..” ataupun ucapan semakna lainnya yang menunjukan rasa mengeluh atau seakan kecewa atas kehendak takdir.
Dan lagi-lagi, ada sesuatu yang harus kita sadari. Kesadaran diri bahwa ternyata ucapan seperti itu sama dengan kita protes kepada takdir, sama dengan kita tidak menginginkan takdir yang sejatinya itu baik bagi kita. Takdir yang sejati menjadikan kita pemenang dalam kehidupan ini. Dan tanpa sadar, sepatah kata itu dapat menjadi pengeruh bagi kebeningan hati kita.
Berabad-abad lalu seseorang yang lebih dulu merasakan lapar dari siapapun, seseorang yang lebih dulu mendapatkan cobaan paling berat dari siapapun, dan seseorang yang lebih dulu merasakan berbagai kepahitan hidup dari siapapun, telah mendapatkan risalah langit yang dapat menjadi penenang bagi kekacauan pikirannya dan menjadi penyejuk bagi kekalutan jiwanya. “Boleh jadi engkau tidak menyukai sesuatu, padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi engkau menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah Maha tau, sedangkan engkau tidak mengetahuinya.”
Itulah modal yang harus kita genggam kuat, sebuah modal yang harus tertancap kuat dalam sanubari kita. Karena jika modal itu telah tertanam dalam hati, protes kepada takdir dalam bentuk apapun dan sekecil apapun, takkan pernah terlontar dari lisan maupun perbuatan kita.
Dalam kondisi terburuk seperti apapun, kita harus tetap berpositif feeling. Karena dengan berpositif feelinglah, segala kerumitan dan keruwetan dalam hati akan hilang sirna. Tak akan terasa lagi yang dinamakan kesempitan dalam hati, atau rasa sesak yang membelenggu diri. Karena cahaya dari rasa positif itu, dapat menjadi penerang bagi hati yang terasa sumpek.
Bagaimana caranya menghadirkan positif feeling ?
Tentunya ini merupakan pertanyaan mudah, namun sulit dilakukan. Hal pertama yang perlu kita lakukan adalah sebuah kesadaran diri. Kesadaran bahwasanya kehendak Tuhan lebih indah dari apa yang kita duga.
Seorang pelaut contohnya, jika ia dilahirkan dengan kondisi ombak yang menenangkan, ia hanya akan menjadi pelaut biasa. Akan tetapi ketika ia mengarungi samudra, maka ia akan menjadi seorang pelaut ulung. Karena ia telah menghadapi ganasnya ombak dan seramnya lautan. Dan dunia pun dapat mengenalkan karena kegigihannya yang telah menaklukan samudra dan berbagai ombak. Sebagaimana Colombus, sang pelaut yang menemukan benua Amerika.
Begitu juga dengan kehidupan ini. Kehidupan ini layaknya lautan, terjangan ombak layaknya masalah yang mengisinya. Jika kita mengarungi kehidupan dengan menginginkan ombak yang menenangkan, seperti menginginkan kehidupan yang tenang, damai, dan tanpa ada masalah. Maka kita hanya akan menjadi pribadi yang tertinggal, pribadi yang cengeng dan lemah.
Namun jika kita dihadapkan dengan terjangan ombak masalah yang dahsyat, dan diri kita mampu melewatinya dengan kekuatan tekad, positif thinking, dan positif feeling. Maka semua itu tidak ada apa-apanya. Kekuatan tekad akan menjadikan mental kita kuat, positif thinking akan menjadikan pikiran kita tenang, dan positif feeling akan menjadikan hati kita damai.
Untuk mendapatkan ketenangan pikiran dan kedamaian jiwa, terkadang ada sesuatu yang luput dari pengawasan kita. Sesuatu yang sering kali refleks kita ucapkan. “euh.. duh.. yaaaaahh..” ataupun ucapan semakna lainnya yang menunjukan rasa mengeluh atau seakan kecewa atas kehendak takdir.
Dan lagi-lagi, ada sesuatu yang harus kita sadari. Kesadaran diri bahwa ternyata ucapan seperti itu sama dengan kita protes kepada takdir, sama dengan kita tidak menginginkan takdir yang sejatinya itu baik bagi kita. Takdir yang sejati menjadikan kita pemenang dalam kehidupan ini. Dan tanpa sadar, sepatah kata itu dapat menjadi pengeruh bagi kebeningan hati kita.
Berabad-abad lalu seseorang yang lebih dulu merasakan lapar dari siapapun, seseorang yang lebih dulu mendapatkan cobaan paling berat dari siapapun, dan seseorang yang lebih dulu merasakan berbagai kepahitan hidup dari siapapun, telah mendapatkan risalah langit yang dapat menjadi penenang bagi kekacauan pikirannya dan menjadi penyejuk bagi kekalutan jiwanya. “Boleh jadi engkau tidak menyukai sesuatu, padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi engkau menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah Maha tau, sedangkan engkau tidak mengetahuinya.”
Itulah modal yang harus kita genggam kuat, sebuah modal yang harus tertancap kuat dalam sanubari kita. Karena jika modal itu telah tertanam dalam hati, protes kepada takdir dalam bentuk apapun dan sekecil apapun, takkan pernah terlontar dari lisan maupun perbuatan kita.
...Semoga Allah memudahkan kita...
1 komentar so far
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny
EmoticonEmoticon