KETIKA ALAM IKUT BERDAKWAH

mentafakkuri musibah yang datangKetika Alam Ikut Berdakwah,- Berdiri di batas senja, dalam tatapan kosong penuh makna, ku pandangi hamparan tangkai padi sejauh mata memandang. Alam pikiran pun mengajakku bertafakkur sejenak, merasakan riuhnya angin yang berhembus dari arah Timur, mengabarkan kepadaku akan berbagai kejadian di balik sana. Menuntun akalku untuk memahami setiap ayat kauniyyah yang silih berganti menyapa negri ini dari darat dan juga lautan.

Hatiku pun berbisik lirih kepada tanah dan pegunungan :
"wahai tanah dan gunung, apa yang kalian inginkan dengan terus mengganggu umat Muhammad saw ? Kalian akan terkena sidang kelak. Bukankah kalian ini makhluk Allah swt, dan Allah swt mencintai Nabi Muhammad saw ? Kenapa kalian ikut mengambil posisi dalam memerangi umat Muhammad saw pula ?"

Seakan-akan mereka menjawab :
"Kami adalah pendukung dakwah Sayyidina Rasulillah saw. Kami tahu kemuliaan sayyidina Rasulillah saw, dan kami juga takut dijadikan saksi di hari kiamat. Namun ketika telah banyak umat nabi Muhammad yang ghaflah, ketika masjid-masjid mulai tak berpenghuni, ketika musholla mulai runtuh tak tersentuh, ketika Al-qur'an hanya menjadi pajangan, dan ketika suara para da'i tak begitu didengar, maka kami ikut berdakwah. Kami terjun sebagai da'i dengan cara kami sendiri.

Bukankah dengan dakwah kami musholla dan masjid makmur ?
Bukankah dengan dakwah kami muslimin menjadi banyak berdoa dan berdzikir ?
Bukankah dengan dakwah kami orang kaya yang kikir menjadi berinfak ?
Bukankah dengan dakwah kami dosa-dosa umat banyak terhapus ?
Bukankah dengan dakwah kami banyak umat pendosa ini mati syahid ?
Salahkah usaha kami ?

Kenapa kami dilarang membantu ?
Bukankah engkau tidak mampu berbuat seperti apa yang kami perbuat ?
Bukankah engkau hanya bisa terdiam melihat kemaksiatan di depan mata ?
dan bukankah engkau tidak bisa mengajak mereka untuk lebih mendekatkan diri kepadaNya ?

Lantas kenapa engkau hendak menghentikan usaha kami dalam membantu sayyidina Rasulillahh saw agar umatnya kembali dan sadar dari ghaflah ?
jika kelak kami di jadikan saksi atas dosa umat ini, tentu engkau yang akan tertuduh, yang akan kami salahkan. Karena engkau tidak mampu mencegah kemaksiatan yang ada disekitarmu. Maka kami membantu mereka, membantu mereka keluar dari lumpur kemaksiatan. Kenapa kami yang disalahkan ?

Jika kami berhenti, mampukah engkau ataupun para dai menggatikan dakwah kami dan mengunjungi wilayah-wilayah terpencil, yang jarang dikunjungi, yang penduduknya sudah melupakan syari'at ?

Maka ku pun terdiam saat tanah dan pegunungan itu menghujaniku dengan istifham bittanbih (Lontaran pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban, akan tetapi harus direnungkan). Setelah ku merenungi satu per satu lontaran pertanyaan itu, aku pun mengadu kepada Tuhan.

"wahai Allah, tanah dan gunung-gunungMu telah turut berbakti padaMu, mereka telah ikut serta membantu dakwah para dai dan sholihin, mereka telah berbakti pada nabiMu. Tapi izinkanlah aku memohon, agar membatasi cara bakti mereka supaya tidak terlalu menyakiti umat kekasih-Mu.

Wahai tanah dan pegunungan, kalian telah turut berperan serta menyadarkan umat ini dan meringankan beban para shalihin dan da'i.
Semoga Allah swt selau melimpahkan hujan taubat dan rahmat pada umat ini tanpa perlu reaksi alam... aamiin yaa Rabbal 'aalamiin.

Lalu aku pun teringat ucapan seorang mufassir; Imam Ibnu Katsir : "Ketika ayat Qauliyyah-Nya terabaikan, maka Allah pun akan menurunkan ayat Kauniyyah-Nya"


Allahu a'lam bish-showab

___
Karawang, Sabtu 14 Rabi'ul II 1435 H
Diperbaharui: Tasikmalaya, Ahad, 05 Shofar 1439 H


EmoticonEmoticon