JANGAN MUDAH BERBURUK SANGKA

nasehat agar tidak mudah berburuk sangka

Berburuk sangka atau su'uzhan merupakan salah satu sifat yang dilarang agama. Setiap orang pasti tidak terlepas dari semua itu, tapi ada yang membiarkan sifat itu tetap bersarang dalam hatinya, ada juga yang berusaha untuk menghilangkannya. Kita sebagai seorang muslim, tentunya harus berusaha menghilangkan sifat itu dalam hati kita.


Mengenai hal ini, seorang sufi ternama pun pernah merasakan bagaimana perasaan buruk sangka itu mencengkram hatinya. Namun akhirnya ia pun sadar dan memberi inspirasi kepada kita semua. Berikut kisahnya :


Pada abad pertengahan, seorang pemikir besar dan perumus pola pikir kehidupan beragama ternama yang berdomisili di Iraq, bernama Imam Hasan Al-Bashri menuturkan sebuah penggalan cerita dari perjalan hidupnya saat dia berada di tepian sungai Dajlah. Tentang fenomena cara pandang terhadap prilaku sosial dan pola pembuatan assesment (menilai sesuatu).


Beliau melihat sepasang sejoli yang sedang menikmati indahnya sungai Dajlah di sore hari, nampak di samping mereka sebuah botol bertuliskan merk miras ternama di kalangan penduduk Bahgdad pada zaman itu, Hasan Al-Bashri pun bergumam dalam hatinya :


"Betapa buruknya perangai anak-anak muda zaman sekarang, prilaku mereka di depan publik sudah tidak lagi mencerminkan nilai dan norma yang mulia. syukurlah Allah menjaga dan memeliharaku dari keburukan akhlaq semacam itu."


Dari tengah sungai Dajlah tiba-tiba terdengar teriakan para penumpang kapal yang hampir tenggelam akibat menabrak sesuatu yang membuat sebagian dari tujuh orang penumpangnya tercebur ke sungai. Air sungai itu terlihat sangat deras. Para penumpang yang lain berusaha melompat dengan penuh ketakutan sambil meminta tolong karena tidak mau ikut tenggelam bersama kapal itu.


Pemandangan tersebut menarik perhatian semua orang yang berada di seputar lokasi rekreatif di tepian sungai yang indah dengan udara bersihnya. Hasan Al-Bashri berusaha merapat ke lokasi kejadian. Dia menyaksikan pemuda yang duduk-duduk di tepian sungai bersama seorang wanita tadi itu sedang berenang, berusaha menyelamatkan para penumpang perahu yang nyaris hanyut dan tenggelam. 


Sebuah drama evakuasi yang sangat heroik. Di iringi dengan iringan gempita teriakan sekumpulan orang yang tadinya hanya sedang menghirup udara segar di sore hari di tepian sungai yang legendaris dalam sejarah Baghdad itu.


Hasan Al-Bashri yang hatinya terhenyak dan ikut larut dalam drama evakuasi para penumpang kapal sore itu, tiba-tiba mendengar ucapan lirih ke telinganya dari arah belakang. Ternyata itu adalah seorang pemuda yang basah kuyup dengan napas terputus-putus : 


"Hanya enam orang yang dapat ku selamatkan, yang satunya lagi tidak. Tampilanmu nampak lebih suci dan lebih mulia dari kebanyakan orang, dapatkah kau menyelamatkan seorang lagi dari derasnya aliran sungai yang dalam itu ?" Tanya pemuda itu sambil mengisyaratkan wajahnya ke sungai yang ada di depan mata mereka.


Hasan Al-Bashri pun terdiam, dia memandangi wajah pemuda yang berdiri di hadapannya tanpa bisa berkata apa-apa. Lalu sang pemuda itu pun mendekatkan wajahnya ketelinga Hasan Al-Bashri sekali lagi, sambil membisikan kalimat  " Wanita itu adalah ibuku, dan isi botol disampingnya hanyalah air putih biasa, bukan alkhol dan bukan pula anggur."


Sekali lagi Hasan Al-Bashri tertegun mendengar ungkapan sang pemuda, hatinya serasa tersambar petir. Ia merenung dalam-dalam, kemudian berucap lirih "Tidak, aku tidak bisa menyelamatkannya, tapi kau telah berhasil menyelamatkan keenam orang itu."  Jawab Hasan Al-Bashri sambil mengarahkan pandangannya ke arah enam orang yang telah terbujur lemas dan hampir kehabisan napas.


Beliau pun melanjutkan : "Sekarang, bisakah kau menyelamatkan ku agar tidak hanyut oleh derasnya arus kesombongan dan kebanggaan diri yang telah menenggelamkan banyak orang sepertiku ?"


Sambil melangkah menuju ibunya, sang pemuda itu sedikit melantangkan suaranya pada Hasan Al-Bashri. "Semoga Allah mengabulkan permohonanmu."


Kisah yang saya ambil dari kitab Bahrud Dumu' karya Imam Ibnu Jauzi itu, telah memberi isyarat kepada kita, telah memberi inspirasi kepada kita, telah menyadarkan kita dari berbagai nafsu yang membelenggu diri.


Hikmah yang bisa kita petik dari kisah di atas :

1. Jangan mudah berburuk sangka pada orang lain hanya karena penampilan mereka tak sesholeh kita. Karena, apalah arti penampilan yang sholeh tanpa di barengi dengan hati yang bersih
2. Jangan pernah menjudge seseorang bahwa apa yang dilakukannya itu salah, hanya karena kita melihat hal disekitarnya buruk.
3. Jangan merasa berbangga diri atas kesholehan kita. Karena apalah arti kesholehan itu tanpa di dasari oleh kesadaran diri. Kesadaran bahwa kita hanyalah hambaNya. Kebaikan yang kita perbuatan sejatinya atas kehendak-Nya. (Mengenai hal ini, saya telah menulisnya pada artikel HILANGKAN AKU DARI AKU)


Terima kasih, semoga bermanfaat !

1 komentar so far


EmoticonEmoticon