Kesadaran Hati – Nasehat Untuk Para Pemuda

Tags

Kesadaran Hati – Nasehat Untuk Para PemudaKesadaran Hati – Nasehat Untuk Para Pemuda,- Inilah adalah sebuah kisah dari seorang ulama Turki terkemuka di zamannya, Syekh Badiuzzaman Said Nursi. Beliau menuturkan akan kesadaran diri beliau dari masa muda yang melenakan, yang kemudian beliau tulis dalam bukunya yang berjudul Risalah Nur.

Ketika sebagian rambut beliau sudah beruban dan hal itu menjadi pertanda tuanya seseorang. Berbagai teror akibat perang dunia pertama serta penawanan Bangsa Rusia yang memberikan dampat kuat dalam hidup beliau, hingga membuatnya bertambah lalai. Kondisi itu diperparah saat beliau kembali dari penawanan ke kota Istanbul. Dimana pada saat itu telah ada Khalifah, para pemimpin Islam, prajurit Turki Utsmani,  pemimpin masyarakat, maupun para santri memberi sambutan menakjubkan sekaligus penghormatan yang terkesan berlebihan.

Perasaan beliau menyaksikan hal tersebut membawanya dalam kondisi rohani yang buruk di samping kelalaian di masa muda. Pada waktu yang sama, beliau menjadi lebih banyak tidur sampai-sampai beliau berpikir bahwa dunia ini kekal abadi. Beliau menyadari bahwa kini dirinya tengah berada dalam kondisi yang sangat terikat dengan dunia seolah-olah tidak akan mati.

Pada waktu itulah beliau pergi ke Masjid Jami Sultan Bayazid di Istanbul, yang bertepatan pada bulan Ramadhan yang penuh berkah untuk mendengarkan lantunan Al-Qur’an yang dibacakan oleh para penghafal yang ikhlas. Dari lidah mereka beliau mendengar informasi Qur’ani yang begitu kuat seputar kematian dan fananya seluruh makhluk.

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
“Seluruh yang memiliki nyawa, pasti akan menghadapi kematian” (Ali Imran : 185)

Informasi tersebut langsung masuk ke dalam lubang telinga beliau, menembus dan merobek berbagai tingkatan kelalaian dan kealpaan yang sangat tebal hingga jatuh ke relung-relung kalbu yang paling dalam. Beliau kemudian keluar dari masjid lalu memperhatikan dirinya sendiri.

Ya, berbagai hal tampak jelas dengan munculnya uban-uban disekitar rambut beliau, dan dengan semua pertanda itu beliau menyaksikan dirinya sendiri bahwa masa muda yang sangat dibanggakan dan terlena dengan kenikmatannya mengucapkan  Selamat Tinggal !”. Seketika itu pula terbukalah kalbu beliau untuk menerima dan memahami Qs. Ali Imran : 185 itu.

Makna yang terkandung di dalamnya adalah bahwa umat manusia ibarat sebuah jiwa. Ia pasti akan mati untuk kemudian dibangkitkan kembali. Demikian pula dengan dunia, ia  juga merupakan sebuah jiwa. Ia akan hancur dan lenyap untuk kemudian berwujud dalam bentuk yang lain. dari situ, beliau merenungkan lagi dirinya sendiri.

Beliau menyadari bahwa masa muda yang penuh dengan kesenangan telah pergi. Ia meninggalkan tempatnya untuk ditempati oleh masa tua yang penuh dengan kesedihan. Kehidupan yang terang dan cemerlang telah pergi untuk digantikan oleh kematian yang secara lahiriah tampak mencekam dan menakutkan.

Beliau memperhatikan dunia sebagai tempat yang menyenangkan, manis, mengasyikan, dan di kira kekal, ternyata berlalu dengan cepatnya menuju kefanaan. Agar tidak  terlena dalam kelalaian dan guna menipu diri, beliau memalingkan perhatiannya pada kedudukan  dan posisi sosial. Maka beliau pun mendapatkan penghormatan dan penghargaan yang luar biasa. Akan tetapi beliau tersadar bahwa semua itu hanya akan menyertainya sampai ke pintu kubuh yang sebentar lagi akan tiba. Disitulah segalanya akan padam.

Beliau menyadari pula bahwa segala riya’, egoisme, dan kelalaian yang bersifat sementara telah bersembunyi di balik tirai berhiaskan perasaan ingin dipuji dan disanjung orang. Itulah tujuan dari kebanyak orang yang ingin terkenal dan abadi di dunia.


Beliau pun kembali masuk ke masjid dan mulai menyimak kembali bacaan para penghafal Qur’an untuk menerima pelajaran lain. saat itulah beliau mendengar kabar gembira dari petunjuk  langit yang bersumber dari perintah suci Tuhan di mana Allah berfirman :

Lewat limpahan karunia yang berasal dari Al-Qur’an, beliau pun mencari pelipur lara, harapan, dan cahaya di seputar hal-hal yang membingungkan serta membuatnya sedih dan putus asa, tanpa mencari dari yang lain.

Maka, ku ucapkan ribuan terima kasih kepada Tuhan Sang Maha Pencipta yang telah memberikan taufik kepada beliau untuk menemukan obat pada penyakit itu sendiri, untuk melihat cahaya pada kegelapan itu sendiri, dan merasa terhibur dalam penderitaan itu sendiri.

Setelah itu beliau merenungkan masa muda, beliau merenungkan bahwa kepergiannya telah membuat sedih semua orang. Ia berlalu dengan kelalaian yang melenakan dan membingunkan terbungkus busana yang cantik. Seandainya beliau tidak mengetahui hakekatnya, pastilah masa muda itu membuat siapapun menangis dan bersedih sepanjang hidup.

Bahkan andaipun seseorang hidup seratus tahun, hanya beberapa tahun saja yang berlalu dengan senyuman dan keriangan. Hal ini sebagaimana ungkapan seorang penyair yang menangisi masa mudanya dengan penuh penyesalan.


بَكَيْتُ عَلَى الشَّبَابِ بِدَمْعِ عَيْنِي #  فَلَمْ يُغْنِ البُكَاءُ وَلاَ النَّحِيْبُ

Kutangisi masa mudaku dengan aliran air mataku # Akan tetapi tangisan dan ratapanku tidaklah guna


فَيا أسَفاً أسِفْتُ عَلىَ شَبَابٍ # نَعَاهُ الشَّيْبُ والرّأسُ الخَضِيْبُ

Sungguh aku sangat bersedih dan menyesal atas masa mudaku # Masa tua dan rambutku yang disemir (karena beruban) telah berduka cita atas masa mudaku


عَرَيْتُ منَ الشّبابِ وَكُنْتُ غَضًّا #  كمَا يَعْرَى مِنَ الوَرَقِ القَضِيْبُ

Masa mudaku telah hilang, padahal dahulu aku segar bugar # Sebagaimana batang pohon yang kering dengan gugurnya dedaunan


فيَا لَيتَ الشّبابَ يَعُودُ يَوْماً  #  فأُخبرَهُ بمَا فَعَلَ المَشيبُ

Aduhai seandainya suatu hari masa mudaku bisa kembali # Akan kukabarkan kepadanya tentang apa yang menimpa masa tuanya.

Ya, orang-orang tua yang belum memahami rahasia dan esensi masa muda akan menghabiskan masa tuanya dengan menyesali dan meratapi masa mudanya seperti penyair itu. sebenarnya, jika masa muda di lalui oleh seorang mukmin yang tenang dan wibawa serta jika kekuatan masa muda tadi dipakai untuk ibadah, pastilah ia menjadi kekuatan yang paling besar untuk menggapai kebajikan.

Semoga Allah Menjaga Masa Muda Dalam Ketaatan Kepada-Nya

Kesadaran Hati – Nasehat Untuk Para Pemuda

"Tulisanku tidak lain hanya mengharap rahmat-Nya, bahwa Dia akan menerima ucapan tulisanku sebagai ganti diriku ketika maut menjemput. Karena umurku yang sangat singkat ini takkan mampu menghapus dosa-dosaku yang sangat banyak. maka tulisan yang sifatnya permanen diharapkan dapat menebusnya."
Badiuzzaman Said Nursi - Kitab Al-Lama'at/248,-


EmoticonEmoticon