HAKIKAT SEORANG SANTRI

Santri Sukahideng di Gebu Peringatan Hari santri Nasional Dan ceramah KH. I Abdul Basith Wahab di Hari Santri

#1. Pengertian Seorang Santri

Dalam studi ilmu kepesantrenan dijelaskan bahwa santri merupakan elemen terpenting dalam lembaga pendidikan Islam (Pesantren). Kata santri sendiri diambil dari bahasa Sanskerta "Shastri" yang berarti orang suci. Pengambilan kata tersebut awalnya ditujukan kepada orang-orang suci (ahli ibadah) dari agama Hindu, kemudian setelah menyebarnya Islam di tanah Jawa oleh 9 wali, maka kata shastri pun ditujukan kepada mereka yang menuntut ilmu agama (khususnya agama Islam), dengan sedikit perubahan huruf, menjadi santri.

Sementara ahli sejarah lain mengatakan bahwa kata santri diambil dari kata cantrik yang berarti pembantu para resi dan begawan pada masa kerajaan. Seorang cantrik ini dididik, diberi fasilitas, diberi tunjungan, oleh para resi dan bagawan. Dan sebagai balasannya, para cantrik kemudian membayarnya dengan bakti mereka kepada para resi dan pegawan. Hal tersebut selaras dengan apa yang ada di pondok-pondok pesantren. Mereka semua dibekali ilmu oleh para kyai, kemudian mereka berbakti dan mengabdi sepenuh hati kepada kyai dan pesantren yang telah lebih dulu memberi mereka ilmu.


#2. Hakikat Seorang Santri

Sementara itu, beberapa ahli bahasa memberi penafsiran lain yang merujuk pada kata santri itu sendiri. Di dalam bahasa Arab kata santri terdiri dari susunan huruf sin, nun, ta, ra, dan ya (سنتري) yang memiliki filosofi sebagai berikut:


(Pelopor Kebaikan) س =  سَبَّاقُ الخَيْرِ

(Penerus Ulama) ن =  نَائِبُ العُلَمَاء

(Meninggalkan Kemaksiatan) ت = تَرْكُ الْمَعَاصِى

(Mendapatkan Keridhoan Allah) ر= رِضَى اللهِ 

(Yakin) ي = يَقِيْنٌ 

Dari filosofi di atas, memiliki definisi:
1. سَبَّاقُ الخَيْرِ (Pelopor Kebaikan)
Seorang santri, dimana pun ia berada, dalam kondisi apapun ia ada, ia harus senantiasa menjadi pelopor kebaikan. Pelopor kabaikan bagi dirinya sendiri, dan juga masyarakan disekitarnya. Ia harus tegas mengatakan yang haq itu haq dan yang bathil itu bathil. Jangan sampai karena sesuatu yang sifatnya semu, ia mengalihkan kata dengan mengatakan yang haq itu bathil, dan yang bathil itu haq. Ia harus selalu ingat, bahwa dirinya adalah seorang santri, bahwa dirinya adalah seorang pelopor kebaikan. 

Oleh sebab itu, slogan atau tema santri pada tahun ini ialah "BERSAMA SANTRI, DAMAILAH NEGERI" Karena yang bisa mendamaikan negeri ini ditengah kebisingan zaman yang penuh dengan perpecahan, cacian, dan hoax, hanyalah seorang santri. Karena ia adalah pelopor kebaikan.


2.  نَائِبُ العُلَمَاءِ  (Wakil/Penerus Ulama)

Dalam bahasa Arab, ulama merupakan bentuk jama' atau plural dari kata aliimun (orang berilmu). Sementara itu, jika dilihat dalam kaca mata bahasa Indonesia, ulama ialah seseorang yang memiliki ilmu agama yang luas dan berakhlaq mulya. Seorang santri yang sejak kecil dididik dan diurus oleh seorang ulama (kyai) tentunya, ia harus berupaya menjadi penerus kyai tersebut. 

Menjadi penerus ulama tidak harus selalu berdiri di atas mimbar, akan tetapi ia harus selalu istiqomah dalam menjaga kemulyaan akhlaqnya dengan ilmu yang dimiliknya. Ia boleh masuk kelembaga pemerintahan, perniagaan, perusahaan, akan tetapi jadi diri seorang santri harus tetap tertatancap dalam hatinya. Dengan begitu, sama halnya ia telah menjadi penerus ulama, dan penyambung dakwah tongkat estafet sang nabi saw. 


3.  تَرْكُ الْمَعَاصِى  (Meninggalkan kemaksiatan)

Seorang santri yang setiap harinya dididik, dibina, dan dibekali ilmu agama, tentunya harus berusaha menjauhkan diri dari berbagai jenis kemaksiatan, baik itu yang mencakup perbuatan maupun lisan. Ia harus selalu berusaha mengendalikan nafsu diri yang sering kali merajam dan menumpulkan akal sehat, sehingga hampir terjerembab dalam lumpur maksiat. 

Dengan cara bagaimana mengendalikan nafsu diri itu ? dengan banyak mengingat kematian, hari pembalasan, memperbanyak istighfar dan sholawat. Karena dengan sholawat, dapat menenangkan dan menundukan nafsu yang hampir tak terkendali. Hal ini diperkuat dengan ucapan Al-Imam Qushairy (Pengarang Qashidah Burdah)

"Jika engkau sulit mengendalikan nafsumu, perbanyaklah shalawat kepada Nabimu"
4.  رِضَى اللهِ (Ridho Allah)
Seorang santri harus selalu berada dalam rel keridhoan Allah. Sebab ia bukan hanya sedang menuntut ilmu yang diridhoi Allah, akan tetapi ia juga harus mengaplikasikan ilmu yang didapatnya dengan perkataan dan perbuataan, sehingga dapat mengundang keridhoan Allah.

5. يَقِيْنٌ  (Keyakinan)

Keyakinan adalah sebuah keharusan bagi seorang santri. Karena ia selalu berada dalam koridor ilmu yang tidak diragukan lagi keberkahan dan manfaatnya. Dalam menghadapi situasi apapun, dalam keadaan terberat bagaimanapun, ia harus selalu yakin bahwa semua hal yang menimpa diri, baik buruknya telah di atur oleh Sang Tangan Yang Maha Bijak.

Dalam menyikapi kesempitan hidup, menanggapi musibah, dan menahan beban.  Ia harus selalu yakin bahwa semua itu merupakan anugrah terindah dari Tuhan. Karena dengan adanya semua masalah itu, dapat meninggikan derajatnya (Selama ia yakin, tawakkal dan sabar)


Bahkan dikisahkan dalam Kitab Alhikam Karya Imam Ibnu Athoillah, bahwa para sufi lebih senang mendapatkan berbagai macam cobaan daripada keadaan yang menyenangkan. Sebagai contohnya, para sufi lebih senang berada dalam keadaan lapar daripada kenyang. Bahkan sebagiannya lagi mengucapkan rasa syukur jika mereka dihinggapi rasa lapar. Karena dengan lapar, dapat menundukan nafsu dan giat dalam beribadah.


Selain kelima makna dan filosofi kata santri di atas, ada juga yang mengartikan tiap kata per katanya sebagainya berikut:

 (Menutup Aib) س = سترالعيوب 
seorang santri harus berusaha menutup aib dirinya sendiri dan juga aib orang lain. Karena termasuk tanda kebodohan diri jika seseorang membuka aibnya sendiri setelah Allah menutupnya. Dan Jika seseorang membuka aib orang lain, maka dikemudian hari Allah akan membukakan aibnya.
 (Wakil Ulama) ن = نائب العلمآء
ت  sama dengan arti yang pertama (Tarkul Ma'aashi)
 (Pemimpin Umat)  ر = رئيس الأُمَّة
ada juga yang mengartikal Ro' disana sebagai Roja' (Mengharap)
ي sama dengan arti yang pertama (Yakiin)

Sementara KH. Hasyim dari Jepara memberikan definisi berbeda mengenai kata santri tersebut, namun tetap memiliki makna yang sama. Beliau menuturkan bahwa sin merupakan kepanjangan dari Saalik fil ibadah (Penempuh jalan dalam beribadah) yang berarti seorang santri harus selalu meniatkan dalam setiap rutinitasnya dengan tujuan hanya untuk beribadah kepada Allah.


Huruf nun beliau artikan sebagai na-iibun 'anisy syuyukh (Penerus Terhadap Para Sesepuh/ulama)

Huruf ta beliau artikan sebagai Taibun 'anidz dzunub (Bertobat dari segala dosa)
Huruf ra' beliau artikan Raghiibun fil khoiroh (Cinta Terhadap Kebaikan)
dan huruf yaa beliau artikan sebagai yakin ala man an’amallahu ma’ah (Harus yakin pada sesuatu (rizki) yang telah ditentukan Allah)

Senada dengan KH. Hasyim, KH. Mukhlisin yang merupakan pengasuh Yayasan Azzahra (Jepara) memberi definisi berbeda namun tetap mengarah pada makna yang sama. Menurut beliau:


  • Sin disana adalah sitrul aurah (Menutup Aurat) Seorang santri harus bisa menutup auratnya secara lahir batin. 
  • Nun adalah nahyi munkar (Mencegah Kemungkaran) Seorang santri harus bisa mencegah kemungkarang yang ada disekitarnya. Dan menurut beliau, bahwa kemungkaran yang paling besar ialah miras. Karena miras (khomr) merupakan sumber dari segala sumber kejahatan (Ummul Khobaits)
  • Taa diartikan dengan taufiq
  • Ra' diartikan dengan raisul ummah
  • Yaa diartikan dengan ya'kulu qalil (Sedikit Makan)


Sementara itu, jika kata santri ditulis dengan teks bahasa Indonesia, maka akan terdiri dari 6 rangkaian huruf, S-A-N-T-R-I.

S => satir al-'uyub wa al-aurat

Menutup aib dan aurat.

A => aminun fil amanah

Dapat dipercaya dalam mengemban amanat. 

N => nafi' al-'ilmi

Bermanfa'at ilmunya.

T => tarku al-maksiat

Meninggalkan maksiat. 

R => ridho bi masyiatillah

 Ridho dengan apa yang diberikan Allah

I => ikhlasun fi jami' al-af'al.

Ikhlas dalam setiap perbuatan.

Itulah pengertian dan Hakikat Seorang santri di tinjau dari segi penamaan (huruf). Semoga artikel singkat ini, dapat memberi manfaat bagi kita semua. dan semoga dimana pun kita berada, tetaplah menjaga nama baik kita sebagai seorang santri.


Untuk lebih jelasnya, silahkan simak penjelasan dari Drs. KH. I. Abdul Basith Wahab (Ketua MUI kabupaten Tasikmalaya, Mustasyar PBNU kabupaten Tasikmalaya, dan wakil pimpinan bidang akademik Pondok Pesantren Sukahideng), pada acara Kirab Hari Santri Nasional tanggal 20 Oktober 2018 yang dilaksanakan di Halaman Gedung Bupati Kab, Tasikmalaya.

Atau tonton videonya dibawah ini:




1 komentar so far

KINI DEWALOTTO MENYEDIAKAN DEPOSIT VIA PULSA TELKOMSEL / XL
UNTUK KEMUDAHAN TRANSAKSI , ONLINE 24 JAM BOSKU ^-^
WWW.DEWA-LOTTO.NAME
WA : +855 88 876 5575


EmoticonEmoticon