Hal- Hal Yang Harus Disyukuri,- Syukur merupakan salah satu bukti atau ungkapan terima kasih seorang hamba kepada Tuhannya, banyak ayat-ayat Al-Qur’an maupun hadits memerintahkan agar kita harus senantiasa bersyukur kepada Allah.
Bahkan dalam ajaran tasawwuf, syukur bukan sebatas mendapatkan karunia, akan tetapi kebanyakan para sufi, mereka bersyukur tatkala mendapat musibah. Karena dalam pandangan hati mereka, musibah itu merupakan bentuk kasih sayang Allah yang akan meninggikan derajatnya, sehingga menjadikan mereka bersyukur atas musibah yang menimpa.
Adapun hal-hal yang patut disyukuri itu tentu sangat banyak sekali. Karena kenikmatan yang diberikan Allah kepada kita tidak dapat dihitung dan dinilai harganya. Jika kita mau berpikir dan mengkaji, maka kita akan tahu dari mana hakekat keberadaan kita. Seperti halnya proses penciptakan manusia. Sebagaimana yang tertuang dalam QS. Ath-Thoriq : 5 “Hendaklah manusia itu memperhatikan dari apa ia diciptakan.”
Tentunya proses penciptakan manusia terjadi dengan sangat komplek, menghubungkan satu sel dengan sel lain, menciptakan organ-organ dalam, membalutnya dengan kulit. Dan hal luar biasa lainnya, yang sulit untuk di deskripsikan. Sebagaimana yang telah penulis singgung pada artikel sebelumnya ‘Kehadiran Allah Pada Manusia’.
akan tetapi para orientalis Barat yang berhaluan ateisme, tidak setuju jika manusia di ciptakan oleh Allah. Mereka yakin jika manusia itu ada karena sebab dan akibat. Contohnya hubungan seorang laki-laki dan perempuan. Sungguh, pendapat tersebut sangat keliru, kedangkalan mereka memahami penciptaan manusia, sangat dangkal dan sederhana. Mereka belum mencapai hakikat kebenaran.
Karena jika mereka telah sampai pada hakikat kebenaran, mereka akan menyadari bahwasanya boleh saja seseorang melakukan persetubuhan, akan tetapi ketika sang maha pencipta tidak menghendaki lahirnya penciptaan manusia, maka tidak akan ada benih yang tumbuh di dalam rahim.
Pendapat para pemikir barat, selaras dengan ucapan Francis Bacon “Sedikit filsafat dapat membuat pemikiran seseorang cenderung ateisme. Akan tetapi filsafat yang mendalam akan membawa pemikiran seseorang kepada agamanya.”
Dan benar bahwasanya jika seseorang terus memikirkan setiap kejadian, maka akan tersingkap di dalam pemikirannya bahwa “Tangan Tuhan” hadir dalam setiap penciptaan. Oleh sebab itu sudah selayaknya kita bersyukur. Termasuk mensyukuri hadirnya kita ke dunia dengan organ-organ tubuh yang lengkap.
Kemudian sesuatu yang patut kita syukuri lainnya adalah tentang nikmat rezeki. Menurut pandangan para salaf bahwa rezeki itu tidak hanya harta benda atau pendapatan dari mencari nafkah. Nyawa, kesehatan, kemampuan berbicara, mendengar, berpikir, anak, pasangan, dan hal lainnya yang dapat dinikmati merupakan bentuk rizki yang harus disyukuri.
Dan tentu saja mereka yang senantiasa bersyukur ketika mendapatkan nikmat akan Allah tambahkan lagi nikmat itu, sementara yang mengingkarinya, sungguh akan ada balasan yang setimpal untuknya. Karena ia telah kufur, yakni kufur nikmat.
Karena lawan dari syukur adalah kufur. Apa penyebab seseorang menjadi kufur nikmat ? sesungguhnya penyebab utamanya adalah kebodohan dan kelalaiannya. Mereka terhalang untuk bersyukur karena dangkalan ilmu sehingga menyebabkan hawa nafsu mereka menjadi tinggi, dan sulit untuk ditundukan.
Mereka mengira mensyukuri nikmat cukup dengan ucapan “alhamdulillah”. Mereka tidak tahu bahwa syukur yang sebernarnya adalah menggunakan nikmat untuk menyempurnakan hikmah yang dikehendaki Allah. Hikmah yang dimaksud ialah menjadikan seorang hamba semakin tunduk dan taat kepadaNya.
Adapun lalai dari nikmat adalah karena seseorang itu sering menghitung-hitung nikmat orang lain. ia tenggelam dalam kesibukannya sehingga merasa nikmat yang diterimanya lebih sedikit. Hal yang demikian ini menyebabkan mereka tidak pernah bersyukur tetapi selalu haus akan nikmat orang lain, bahkan mengharapkan agar nikmat yang ada pada orang lain tersebut musnah. Na’udzubillah.
Sementara itu, Rasulullah saw pernah bersabda : “Seseorang yang melihat urusan duniawi pada orang dibawahnya dan melihat urusan agama pada orang di atasnya, maka Allah menulisnya sebagai orang yang bersabar dan bersyukur. Sedangkan seseorang yang memandang perkara duniawi dengan membandingkan orang di atasnya dan memandang urusan agama membandingkan orang di bawahnya maka Allah tidak akan menulisnya sebagai orang yang bersabar dan bersyukur.”
Allahu a’lam
BACA JUGA:
EmoticonEmoticon