MENGISTIMEWAKAN HATI,- Hati merupakan sesuatu yang istimewa, yang harus di istimewakan pula. Jangan mudah menyerahkan sesuatu yang istimewa itu kepada sembarang orang. Karena sesuatu yang istimewa itu selayaknya dijaga dan dirawat dengan baik. Jika hendak diberikan, berikanlah kepada seseorang yang istimewa pula agar ia dapat mengistimewakanmu.
Mereka yang selalu mengistimewakan hatinya, akan lebih berhati-hati dalam memilih. Tidak mengobral, tidak mengemis perhatian, dan tidak pula menghiasi diri agar orang lain tertarik padanya.
Mereka yang selalu mengistimewakan hatinya lebih memilih berdiam diri, lebih memilih menggunakan seluruh waktunya dengan berbagai macam kebaikan dan ketaatan daripada memikirkan dan mengerjakan sesuatu hal yang kurang bermanfaat.
Mereka yang selalu mengistimewakan hatinya tidak akan merusak pemberian Allah yang istimewa itu dengan nafsu diri, ia akan selalu bersikap waspada dengan penjagaan yang baik dan perbuatan yang baik pula. Agar pada masanya tiba ia akan menyerahkan hati itu kepada seseorang yang istimewa dalam keadaan yang sebaik-baiknya.
Setiap mu'min pasti mencita-citakan seorang pendamping yang istimewa sehingga melahirkan jiwa-jiwa yang istimewa pula. Tapi kecil kemungkinan semua itu dapat tercapai jika ia tidak terlebih dahulu mengistimewakan hati dan dirinya.
Berkaca pada tokoh yang hadir di masa lalu mungkin akan membangunkan kita betapa pentingnya mengistimewakan hati ini:
1. Keadaan terjaga seorang Mirza dan Nuriye, hingga akhirnya melahirkan sosok pembaharu Islam, Badiuzzaman Said Nursi. Ia yang selalu "mengobarkan api tauhid" di tengah kaum yang tercemari faham Liberalisme, Atheisme dan budaya-budaya Eropa lainnya. (Lihat kisahnya di novel Api Tauhid - Habiburrahman El-Shirozy)
2. Lebih jauh kebelakang, pada masa generasi salaf. Ke-waro'-an seorang pemuda dan kezuhudan seorang wanita yang melumpuhkan segala anggota badannya dari maksiat, melahirkan pribadi seorang mujtahid, Nu'man bin Tsabit yang kita kenal sebagai Imam Abu Hanifah ra, yang menjadi salah satu Imam Madzhab dan menjadi rujukan sebagian umat Islam di seluruh dunia.
Pada intinya: Pemimpin yang berkualitas terlahir dari keluarga yang berkualitas, keluarga yang berkualitas tercipta dari ikatan suami istri yang berkualitas, ikatan suami istri yang berkualitas terbina dari suami istri yang hebat. Dan suami istri yang hebat akan melahirkan pribadi-pribadi yang hebat pula.
Jadi, kalau kita mau mengubah nasib bangsa dan melahirkan generasi-generasi Rabbani yang hebat. Siapa dulu yang mesti berubah dan berkualitas ?
Mereka yang selalu mengistimewakan hatinya, akan lebih berhati-hati dalam memilih. Tidak mengobral, tidak mengemis perhatian, dan tidak pula menghiasi diri agar orang lain tertarik padanya.
Mereka yang selalu mengistimewakan hatinya lebih memilih berdiam diri, lebih memilih menggunakan seluruh waktunya dengan berbagai macam kebaikan dan ketaatan daripada memikirkan dan mengerjakan sesuatu hal yang kurang bermanfaat.
Mereka yang selalu mengistimewakan hatinya tidak akan merusak pemberian Allah yang istimewa itu dengan nafsu diri, ia akan selalu bersikap waspada dengan penjagaan yang baik dan perbuatan yang baik pula. Agar pada masanya tiba ia akan menyerahkan hati itu kepada seseorang yang istimewa dalam keadaan yang sebaik-baiknya.
Setiap mu'min pasti mencita-citakan seorang pendamping yang istimewa sehingga melahirkan jiwa-jiwa yang istimewa pula. Tapi kecil kemungkinan semua itu dapat tercapai jika ia tidak terlebih dahulu mengistimewakan hati dan dirinya.
Berkaca pada tokoh yang hadir di masa lalu mungkin akan membangunkan kita betapa pentingnya mengistimewakan hati ini:
1. Keadaan terjaga seorang Mirza dan Nuriye, hingga akhirnya melahirkan sosok pembaharu Islam, Badiuzzaman Said Nursi. Ia yang selalu "mengobarkan api tauhid" di tengah kaum yang tercemari faham Liberalisme, Atheisme dan budaya-budaya Eropa lainnya. (Lihat kisahnya di novel Api Tauhid - Habiburrahman El-Shirozy)
2. Lebih jauh kebelakang, pada masa generasi salaf. Ke-waro'-an seorang pemuda dan kezuhudan seorang wanita yang melumpuhkan segala anggota badannya dari maksiat, melahirkan pribadi seorang mujtahid, Nu'man bin Tsabit yang kita kenal sebagai Imam Abu Hanifah ra, yang menjadi salah satu Imam Madzhab dan menjadi rujukan sebagian umat Islam di seluruh dunia.
Pada intinya: Pemimpin yang berkualitas terlahir dari keluarga yang berkualitas, keluarga yang berkualitas tercipta dari ikatan suami istri yang berkualitas, ikatan suami istri yang berkualitas terbina dari suami istri yang hebat. Dan suami istri yang hebat akan melahirkan pribadi-pribadi yang hebat pula.
Jadi, kalau kita mau mengubah nasib bangsa dan melahirkan generasi-generasi Rabbani yang hebat. Siapa dulu yang mesti berubah dan berkualitas ?
BACA JUGA:
1 komentar so far
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny
EmoticonEmoticon